Minggu, 10 Januari 2010

PERKEMBANGAN INDUSTRI MIGAS di INDONESIA



Pengusahaan minyan dan gas bumi di Indonesia mencatat kemajuan pesat sejak Pertamin dan Permina diintegrasikan ke dalam Pertamina. Seluruh operasi perminyakan yang mencakup berbagai aspek kegiatan dapat iarahkan pada sasaran yang dituju oleh Pemerintah.
Peranan minyak, yang menyangkut berbagai aspek pembanguna,menjadikan minyak sebagai unsur penting di dalam ketahanan nasional. Seluruh bidang perminyakan, produksi, pengolahan, distribusi,pengangkutan, maupun pemasaran minyak mentah menjadi semakin penting dan harus dipegang langsung oleh Pertamina.
Sistem bagi hasil, yang diterapkan di dalam bidang eksplorasi dan produksi, bukan saja telah memberikan keuntungan lebih besar kepada negara, tetapi juga merupakan landasan bagi kerja sama dengan para kontraktor minyak asing. Peranan minyak yang kian penting disemua sektor dan harganya yang terus melonjak, telah menyebabkan ditingkatkannya pencarian minyak ke daerah – daerah yang lebih sulit.
Pencarian minyak bumi di Indonesia, sampai tahun 60-an masih terbatas dilakukan di daratan. Sejak penemuan lapangan Cinta(1970)lapangan minyak pertama di lepas pantai Indonesia telah membuka kemungkinan mengerjakan daerahlepas pantai lainnya. Perkembangan teknologi maju telah memungkinkan pemanfaatan assosiatedgas maupun non assosiated gas untuk bahan ekspor (LNG) maupun bahan energi dalam negeri (LPG).
Sumber-sumber gas di beberapa tempat, baik di lepas pantai maupun di daratan dimanfaatkan dengan membangun unit pengolah yang memproduksi LPG. Beberapa unit pengolah LPG itu teletak di anjungan lepas pantai,yang dilengkapi dengan tangki penampung dan pelabuhan pengekspor.
Pemanfaatan sumber gas, untuk menunjang berbagai keperluan industri dalam negeri pertama kali dilakukan di Sumater Selatan dengan suatu jaringan pipa untuk pabrik pupuk Sriwijaya dan di Jawa Barat dengan sistem pipa gas Jawa Baratuntuk mensuplai pabrik pupuk, semen, pabrik baja Krakatau dankebutuhan industri dan rumah tangga di daerah Jakarta.
Naiknya kegiatan perminyakan Indonesia dapat dilihat dari kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract – PSC Indonesia). Pertamina telah menandatangani kurang lebih puluhan kontrak dengan perusahaan minyak asing.
Pertamina sebagai “pilar” dalam usaha-usahanya di bidang eksplorasi dan produksi ini menempuh jalan intensifikais dan ekstensifikasi. Kegiatan intensifikasi meliput peningkatan kegiatan secara kwalitatif di bidang eksplorasi,baik berupa studi regional, geologi lapangan, geofisik, seismik, pengeboran eksplorasi danevaluasi. Selain itu, dilakukan juga peningkatan kuatitatif di bidang produksi seperti pengembangan lapangan,pembangunan fasilitas produksi,studi reservoir dan studi lapangan produksi yang pernah ada.
Usaha ekstensifikasi meliputi usaha-usaha untuk menemukan daerah-daerahbaru yang dapat menghasilkan minyak. Pengembangan kegiatan eksplorasi dan produksi ini, di samping faktor dana, tenaga, peralatan maupun teknologi minyak yang sudah dimiliki, terutama didorong karena potensi dan kemampuan produksi minyak dan gas bumi.
Penemuan- penemuan sumur- sumur dan lapangan baru, baik di lepas pantai maupun di darat pada sekitar tahun 1970-an telah mampu memproduksi minyak mentah 1,6 juta barrel/hari (bbl/day). Untuk meningkatkan produksi,minimal mempertahankan produksi yang ada, diperlakukan dana yang besar. Untuk itu Pertamina mencari dana pinjaman, yaitu dengan kerja sama patungan atau pinjaman yang tak mengikat, seperti yang dijalankan dengan INOCO.

Blow out


Blow out adalah suatu peristiwa mengalirnya minyak, gas atau cairan lain dari dalam sumur minyak dan gas ke permukaan atau di bawah tanah yang tidak bisa dikontrol. Peristiwa ini bisa terjadi ketika tekanan hidrostatis lumpur pemboran lebih kecil dari tekanan formasi.

Blowout umumnya terjadi pada saat pemboran sumur eksplorasi minyak dan gas. Untuk mencegah terjadinya blowout digunakan peralatan pemboran yang disebut alat pencegah sembur liar (blowout preventer).

Rig pengeboran



Rig pengeboran adalah suatu bangunan dengan peralatan untuk melakukan pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah. Rig pengeboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/lepas pantai (off shore) tergantung kebutuhan pemakaianya. Walaupun rig lepas pantai dapat melakukan pengeboran hingga ke dasar laut untuk mencari mineral-mineral, teknologi dan keekonomian tambang bawah laut belum dapat dilakukan secara komersial. Oleh karena itu, istilah "rig" mengacu pada kumpulan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengeboran pada permukaan kerak Bumi untuk mengambil contoh minyak, air, atau mineral.

Rig pengeboran minyak dan gas bumi dapat digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi sifat geologis dari reservoir tetapi juga untuk membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan minyak atau gas bumi dari reservoir tersebut.

Rig pengeboran dapat berukuran:

  • Kecil dan mudah dipindahkan, seperti yang digunakan dalam pengeboran eksplorasi mineral
  • Besar, mampu melakukan pengeboran hingga ribuan meter ke dalam kerak Bumi. Pompa lumpur yang besar digunakan untuk melakukan sirkulasi lumpur pengeboran melalui mata bor dan casing (selubung), untuk mendinginkan sekaligus mengambil "bagian tanah yang terpotong" selama sumur dibor.

Katrol di rig dapat mengangkat ratusan ton pipa. Peralatan lain dapat mendorong asam atau pasir ke dalam reservoir untuk mengambil contoh minyak dan mineral; akomodasi untuk kru yang bisa berjumlah ratusan. Rig lepas pantai dapat beroperasi ratusan hingga ribuan kilometer dari pinggir pantai.

kejadian dahsyat akibat pemboran



Kejadian Blowout (keluarnya fluida dari dalam bumi ke permukaan tidak terkendali), yang merupakan akibat langsung dari kegiatan pemboran di wilayah Sukowati dan Sidoardjo telah sangat mengagetkan masyarakat, menakutkan, dan tidak jarang memberi trauma seperti halnya kejadian gempa bumi maupun tsunami. Tentu hal ini dapat dilihat sebagai imbal-balik dari kegiatan manusia yang “bermain-main”, dan berusaha mengeksploitasi alam semesta.

Kejadian Blowout selama ini sering terjadi pada industri migas, dan jarang sekali mengakibatkan efek langsung kepada masyarakat, justru keselamatan pekerja yang memang dekat dengan sumber bencana sangat dikhawatirkan. Sehingga peraturan keselamatan kerja bidang migas sangat ketat, dapat kita lihat pada kasus Sukowati maupaun Sidoardjo tidak ada pekerja yang cedera, begitu pula dalam sejarah Blowout Indonesia maupun dunia hanya sedikit mencederai pekerja maupun manusia pada umumnya. Namun dalam kasus Sidoarjo telah mengakikatkan dampak terutama terhadap masyarakat yang sangat signifikan, walaupun pelan tapi pasti, hal ini diperparah dengan sangat lambatnya penanggulangan, baik karena keteledoran maupun karena faktor-faktor non-teknis yang disebabkan ketidak-tegasan dalam perintah serta tugas yang diberikan pada pelaksana di lapangan.

Akibat dari penanganan yang lambat dan lalai seperti ini mengakibatkan efeknya sangat dahsyat dan berlangsung sangat lama, dan akan menjadi sejarah baru dalam dunia migas atau mungkin satu-satunya di dunia, dimana panganan Blowout dilakukan lebih dari setahun.

Dalam statistik dunia sudah ratusan bahkan ribuan kali terjadi blowout, dan di Indonesia menurut catatan penulis dalam 35 tahun terakhir setidaknya telah terjadi blowout sebanyak 17 kali, sehingga hampir setiap 2-3 tahun terjadi kecelakaan Blowout pada saat pengeboran sumur. Bila dibandingkan dengan kegiatan pemboran 300-350 sumur setiap tahun, maka berarti hampir setiap 1000 sumur pemboran terjadi 1 kali kecelakaan blowout.

Disisi lain sejarah menunjukan bahwa seluruh kecelakaan blowout selalu dapat ditanggulangi, ada yang dengan cepat dan ada pula yang bisa berbulan-b

amblesnya drilling Rig dan tenggelamnya kapal pemboran


Mungkin ada yg bertanya-tanya bagaiman sebuah drilling rig amblas masuk kedalam bumi. Padahal sepertinya kaki-kaki drilling rig tsb sudah menapak kuat pada tiang pancang dsb

BPMIGAS - ESDM BANGUN KOTA GAS



JAKARTA – Untuk menurunkan konsumsi minyak bumi di masyarakat, BPMIGAS dan Kantor Menteri ESDM akan segera merealisasikan pasokan gas untuk beberapa kota di Indonesia. Salah satu kota yang masuk dalam program tersebut adalah Palembang.

Penegasan tersebut dikemukakan saat Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro berkunjung ke Palembang pada Kamis (4/6). Dalam kunjungan tersebut Menteri ESDM didampingi oleh Kepala BPMIGAS, R.Priyono, Menteri ESDM, Purnomo Y, Dirjen Migas, Evita Legowo.

Selain diharapkan dapat mempercepat pengurangan penggunaan minyak bumi, penggunaan gas kota tersebut juga merupakan prioritas pemerintah dalam meningkatkan penggunaan gas untuk domestik. Berdasarkan perjanjian jual beli gas (PJBG) dalam kurun waktu 2002 sampai dengan mei 2009, alokasi gas untuk domestik yakni sebesar 16.555 TBTU atau 64,1 % dan untuk ekspor mencapai 9.284 TBTU atau 35,9 %.

Dalam rencana, pasokan gas untuk rumah tangga di Kelurahan Lorok Pakjo dan Siring Agung, Palembang, sampai dengan akhir tahun 2013, dipasok oleh PT Medco E&P indonesia dengan jumlah volume sebesar 1 MMSCF. Diharapkan pada pertengahan Juni 2009, pasokan gas tersebut dapat disalurkan kepada 4200 rumah di Palembang.

“Pembangunan infrastruktur gas bumi untuk rumah tanga di Palembang ini sebagai pilot project. Diharapkan kedepannya akan mendorong pemerintah daerah maupun badan usaha untuk mengmbangkan jaringan gas rumah tangga,” kata Purnomo.

Untuk mendukung pengembangan gas bumi melalui pipa, dalam kurun waktu dekat ini pemerintah juga akan menerbitkan Peraturan Menteri ESDM tentang Kegiatan Usaha Gas bumi Melalui PIPA yang telah selesai dibahas bersama dengan BPMIGAS dan Stakeholders

Rig pengeboran


Rig pengeboran darat

Rig pengeboran adalah suatu bangunan dengan peralatan untuk melakukan pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah. Rig pengeboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/lepas pantai (off shore) tergantung kebutuhan pemakaianya. Walaupun rig lepas pantai dapat melakukan pengeboran hingga ke dasar laut untuk mencari mineral-mineral, teknologi dan keekonomian tambang bawah laut belum dapat dilakukan secara komersial. Oleh karena itu, istilah "rig" mengacu pada kumpulan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengeboran pada permukaan kerak Bumi untuk mengambil contoh minyak, air, atau mineral.

Rig pengeboran minyak dan gas bumi dapat digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi sifat geologis dari reservoir tetapi juga untuk membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan minyak atau gas bumi dari reservoir tersebut.

Rig pengeboran dapat berukuran:

  • Kecil dan mudah dipindahkan, seperti yang digunakan dalam pengeboran eksplorasi mineral
  • Besar, mampu melakukan pengeboran hingga ribuan meter ke dalam kerak Bumi. Pompa lumpur yang besar digunakan untuk melakukan sirkulasi lumpur pengeboran melalui mata bor dan casing (selubung), untuk mendinginkan sekaligus mengambil "bagian tanah yang terpotong" selama sumur dibor.

Katrol di rig dapat mengangkat ratusan ton pipa. Peralatan lain dapat mendorong asam atau pasir ke dalam reservoir untuk mengambil contoh minyak dan mineral; akomodasi untuk kru yang bisa berjumlah ratusan. Rig lepas pantai dapat beroperasi ratusan hingga ribuan kilometer dari pinggir pantai.

Pengaruh Kondisi Geologi terhadap Kesehatan Masyarakat


Pengaruh Kondisi Geologi terhadap Kesehatan Masyarakat

Kondisi geologi di setiap daerah, khususnya kondisi variasi tipe dan posisi berbatuan penyusun kulit bumi serta mineral-mineral yang terkandung di dalamnya, apabila tersingkap di permukaan bumi dan bereaksi dengan suhu, tekanan udara ataupun terekspos dengan larutan di sekitarnya, akan dapat bereaksi ataupun mengalami proses yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia di sekitarnya.

Demikian diungkapkan Ir Wawan Budianta, MSc dan Dr Ir Dwikorita Karnawati, MSc dari Laboratorium Geologi Tata Lingkungan Jurusan Teknik Geologi UGM, akhir pekan kemarin. "Pengaruh tersebut bisa menjadi hal yang merugikan atau bahkan menguntungkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang," tandas Dwikorita.

Hal ini sangat menarik dicermati, mengingat konsep yang dikenal dengan medical geology, atau geologi yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, termasuk hal yang baru dan sedang gencar-gencarnya diteliti. Menurutnya, terjadinya pencemaran akibat adanya kegiatan eksploitasi sumber daya mineral atau kegiatan pertambangan di beberapa negara maju, disebabkan oleh kegiatan eksploitasi sumber daya mineral sudah terjadi terlebih dahulu pada waktu yang lalu. "Dari rentetan peristiwa pencemaran tersebut, tampak adanya kontrol atau penga-ruh baik langsung maupun tidak langsung oleh faktor-faktor geologi terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan," terangnya.

Sebagai contoh, sebaran unsur penyusun kulit bumi serta mineral-mineral yang terkandung di dalamnya membawa kerugian bagi manusia adalah di pedalaman Kalimantan. Di sana terdapat sebuah sungai yang bagi masyarakat sekitarnya dianggap sebagai "sungai air kencing setan". Hal ini disebabkan karena apabila ada seseorang minum air sungai tersebut, maka dalam waktu tertentu ia akan jatuh sakit, dan jika ada seseorang yang sedang hamil minum air dari sungai tersebut, maka hampir bisa dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan nanti akan cacat.

"Setelah dilakukan pengujian, ternyata diperoleh bahwa keberadaan air sungai tersebut, ternyata unsur arsenik yang melebihi ambang batas yang diperkenankan. Hal tersebut terjadi karena, ternyata mata air di mana sungai tersebut berasal, keluar dari lapisan-lapisan batuan di permukaan bumi di mana lapisan-lapisan batuan tersebut setelah diteliti, adalah jenis batuan sedimen lempung yang memang banyak mengandung unsur-unsur arsen," papar Dwikorita

Contoh lain adalah sebuah kasus di daerah North Dakota, Amerika Serikat. Tanah di sana mengandung unsur selenium yang tinggi. Karena unsur ini berkaitan dengan aktivitas gunung api yang stabilitasnya sangat tergantung pada keasaman tanah, dan hal ini akan dapat membuat tanaman yang tumbuh di sana menjadi bersifat racun jika dikonsumsi oleh manusia.

Contoh kasus lain, yaitu di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Geologi Tata Lingkungan Jurusan Teknik Geologi UGM menunjukkan rata- rata kandungan nitrat pada air tanah di daerah Kota Gede Yogyakarta, telah melampaui ambang batas yang diperkenankan.


Curah Hujan
Menurut Dwikorita, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi kondisi lapisan pembawa air tanah atau kondisi hidrogeologi yang meliputi penyebaran lapisan, karakteristik tanahnya serta kondisi konstruksi septic tank yang ada.

"Curah hujan yang cukup tinggi pada musim hujan akan membuat nitrat yang berasal dan septic tank dengan cepat akan merembes masuk ke dalam air tanah. Dengan memahami hal demikian, maka pembangunan septic tank di daerah ini haruslah ditinjau kembali." tandas dia.

Namun tidak semua faktor-faktor geologi berakibat tidak menguntungkan bagi masyarakat. Sebagai contoh, pada daerah dengan kondisi geologi atau batuan yang banyak mengandung Yodium tidak dijumpa penyakit gondok yang lazim dijumpai di daerah lain. Hal ini diakibatkan karena adanya kandungan Iodine yang cukup pada lapisan batuan, yang Juga berpengaruh dengan cukup tingginya kandungan unsur Yodium pada air tanahnya.

Untuk itu kita dituntut untuk mampu mendeteksi variasi tipe dan sebaran batuan serta karakteristik batuan beserta unsur-unsur yang dikandungnya, agar dapat mengantisipasi atau mencegah dan mengendalikan dampak negatif yang diakibatkan.

"Disinilah pentingnya kita mampu mendeteksi sebaran unsur batuan penyusun kulit bumi serta mineral-mineral yang terkandung di dalamnya, terutama yang diduga akan membawa kerugian bagi manusia. Potensi mekanisme penyebaran unsur-unsur tersebut perlu pula dipetakan dan dianalisis. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan hal yang dapat membawa kerugian bagi manusia dan lingkungannya dapat diantisipasi dengan cepat dan tuntas, " tandas Dwikorita. (ADR/N-5)

SEKILAS TENTANG MINYAK PELUMAS

SEKILAS TENTANG MINYAK PELUMAS

Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau
disisipan diantara dua permukaan yang bergerak secara relatif agar
dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut. Tidak diketahui
dengan pasti kapan Pelumas mulai digunakan, namun bermacam bentuk
bearing telah ditemukan di Timur Tengah beberapa ribu tahun sebelum
masehi. Konsep pelumas sudah mulai sejak itu walaupun hanya menggunakan
air. Pelumas modern pada saat ini sudah sangat khusus dan kompleks.
Minyak dasar dari minyak bumi secara konvensional sudah tidak dapat
lagi memenuhi kebutuhan peralatan-peralatan modern, khususnya untuk
pemakaian pada temperature tinggi, serta penambahan bahan sintetis atau
bahan dasar minyak bumi yang sudah diproses sekarang ini sudah cukup
banyak digunakan pada kendaraan penumpang. Di waktu yang akan datang,
kebanyakan minyak dasar harus digunakan hampir secara keseluruhan
dengan minyak dasar sintetis atau minyak dasar dari minyak bumi dengan
cara pemrosesan baru.
Fungsi Minyak Pelumas.
Fungsi-fungsi dasar pelumas tentu saja adalah mengurangi gesekan
dan mencegah wear. Dalam realitanya, pelumas harus juga dapat memenuhi
faktor lainnya yang juga vital dalam pengoperasian peralatan.
Mercedes-Benz sebagai manufaktur otomobil dan engine telah membuat
list, lebih dari 40 sifat-sifat yang diperlukan agar dapat memenuhi
persyaratan sebagai engine oil. Minyak pelumas yang khusus seperti
minyak hidrolik dan minyak transmisi juga mempunyai persyaratan lainnya
yang harus dipertimbangkan, sedangkan produk padatan atau semi-padatan
seperti gemuk juga mempunyai persyaratan khusus dan diukur dengan cara
yang lain pula. Sifat-sifat pelumas yang diharapkan yaitu dapat
menimbulkan aspek positif (seperti mencegah wear dll.) sedangkan sifat
yang tidak diharapkan yaitu menimbulkan aspek negatif (seperti minyak
menyebabkan bagian-bagian engine terkorosi dll.). Sifat-sifat positif
pelumas secara praktis untuk pelumasan kendaraan adalah sebagai
berikut:
Mengurangi gesekan - Dengan mengurangi gesekan berarti akan mengurangi
juga energy dan juga mengurangi pemanasan lokal.
Mengurangi wear - Adalah suatu kebutuhan menjaga peralatan agar tetap
bisa beroperasi untuk periode yang lama dan bekerja secara efisien.
Pendingin - Di dalam engine, pelumas juga berfungsi sebagai zat penukar
panas antara bagian-bagian yang terpanasi akibat pembakaran (misal:
piston) dan sistem pelepas panas (misal: jacket pendingin dll.). Pada
sistem yang lain, pelumas sebagai pelepas panas dari hasil gesekan atau
kerja mekanik lainnya.
Anti korosi - Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi
hasil pembakaran, pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada
logam. Adanya uap air dapat juga menyebabkan karat pada besi. Oleh
sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek tersebut.
Pembersih - Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling
serpihan-serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil
degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses pembakaran. Apa
yang disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau endapan.
Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring
piston tidak bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat, hal ini bisa
terjadi jika minyak pelumas tidak mampu mencegah hal ini. Pencegahan
deposit dan juga dispersi kontaminan termasuk dalam kategori ini.
Seal - Minyak pelumas seharusnya dapat juga menjadi seal antara piston
dan silinder (piston ke ring dan ring ke dinding silinder).
Untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut di atas berdasarkan tinjauan
ekonomi, pelumas haruslah mempunyai sifat-sifat tertentu sesuai dengan
alat dimana pelumas itu digunakan. Perlu ada kesesuaian antara
persyaratan-persyaratan yang saling bertentangan, beberapa batasan
negatif terangkum sebagai berikut dibawah ini, pelumas tidak boleh:
Mempunyai viskositas yang terlalu rendah. Hal ini akan memungkinkan
kontak antara logam dengan logam menyebabkan terjadinya wear serta
dapat meningkatkan lepasnya/hilangnya pelumas.
Mempunyai viskositas yang terlalu tinggi. Hal ini akan meningkatkan
tenaga dan, dalam kasus engine, dapat menyulitkan pada saat start.
Mempunyai indeks viskositas yang terlalu rendah. Hal ini berarti bahwa
lapisan film pelumas tidak terlalu tipis pada saat temperatur tinggi
(atau tidak terlalu tebal pada saat temperatur rendah).
Terlalu mudah menguap. Tingkat penguapan tinggi (high volatility) akan
menyebabkan tingkat konsumsi pelumas naik akibat teruapkannya kandungan
ringan dari pelumas tersebut.
Berbusa saat digunakan. Jika berbusa, minyak akan kehilangan sifat
pelumasannya, dan/atau berkurangnya minyak itu sendiri dari engine.
Menjadi tidak stabil karena terhadap oksidasi ataupun reaksi kimia.
Pelumas engine ditujukan untuk temperatur tinggi dan juga mencegah
kontaminasi asam atau zat kimia lainnya. Minyak pelumas haruslah tahan
terhadap hal ini agar pelumas tersebut tetap awet.
Merusak komponen sistem emisi, coating ataupun seal. Unjuk kerja
konverter katalis dapat terdegradasi oleh pelumas yang tidak stabil
atau menggunakan additive yang tidak sesuai. Beberapa peralatan
menggunakan cat atau coating dan kebanyakan mempunyai sifat sebagai
seal. Bahan-bahan ini dapat terdegradasi secara serius oleh pelumas.
Menghasilkan deposit dari residu. Jika minyak pelumas mengalami
dekomposisi karena adanya logam yang padas (misalnya; ring dalam suatu
zona). Kondisi seperti ini dapat menghasilkan produk-produk oksidasi
yang berpolimerisasi membentuk lapisan kuning atau cokelat yang
diketahui sebagai "varnish" atau "lacquer". Ini lama-lama akan
bertambah terus dan kemudian terjadi karbonisasi sehingga menjadi
Carbon padat. Deposit ini akan menggangu gerak pada bagian yang
seharusnya bisa secara bebas gerakannnya (misal, ring piston). Selain
tidak memproduksi deposit pada bagian yang bergerak engine, pelumas
juga sebaiknya tidak menghasilkan deposit di ruang pembakaran. Ini
mendorong terjadinya penyulutan awal (pre-ignition).
Beracun atau bau tak sedap. Hal ini diperlukan untuk kenyamanan dan
kesehatan pengguna.
Sangat mahal. Hal ini sering menjadi kendala, bukan karena pelumas yang
mahal tidakberguna dilihat dari sisi ekonomi pengoperasian engine,
tetapi karena kompetisi antar penyalur, sehingga beban harga tetap akan
terkena ke pengguna.


Link yang relevan :
www.io.ppi-jepang.org/article.php?id=109
www.depkominfo.go.id/library/cap/hasilcari.jsp?method=similar&que ...
www.evalube.com/faq.php

Acuan Akhir Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah B3Acuan Akhir Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah B3

Acuan Akhir Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah B3

Saat ini standar atau baku mutu pengolahan lahan terkontaminasi yang sudah dimiliki Kementerian Negara Lingkungan Hidup adalah KepMen LH No 128 Tahun 2003 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengolahan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis, namun belum ada baku mutu untuk pengelolaan tanah terkontaminasi limbah B3 dari kontaminan senyawa lainnya.



1. Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Bumi



Salah satu cara pengolahan limbah minyak dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi adalah pengolahan secara biologis yang meliputi landfarming, biopile dan composting. Tata cara dan persyaratan teknisnya telah diatur dalam Kepmen LH No 128 tahun 2003. Limbah yang akan diolah dengan metode biologis harus dianalisa terlebih dulu kandungan minyak dan/atau Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), total logam berat dan TCLP logam berat. Konsentrasi maksimum TPH awal sebelum proses pengolahan biologis adalah tidak lebih dari 15%. Sedangkan nilai akhir hasil akhir pengolahannya adalah TPH 10.000 mg/Kg. Persyaratan lainnya tertuang dalam Kepmen LH No 128 tahun 2003.



2. Penanganan Tanah Terkontaminasi Limbah dari Kontaminan Senyawa Lainnya



Kualitas tanah yang sangat bervariasi serta beragamnya jenis limbah industri menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan standar atau baku mutu tanah terkontaminasi limbah B3. Keberadaan reference ataupun acuan sangat diperlukan dalam penanganan lahan terkontaminasi limbah B3. Mengingat saat ini baku mutu tanah terkontaminasi yang sudah dimiliki adalah baku mutu untuk tanah terkontaminasi limbah minyak bumi dan belum ada untuk baku mutu tanah terkontaminasi akibat limbah kontaminan lainnya, maka acuan yang dipakai sebagai pengganti baku mutu tanah terkontaminasi akibat limbah lainnya adalah kriteria tanah yang mengacu pada pengambilan Titik Reference/Background dan Study Risk Base Screening Level (RBSL).



2.1 Baku Mutu



Pada saat ini pemerintah belum memiliki standar atau baku mutu untuk pengelolaan tanah terkontaminasi limbah B3 dari kegiatan lainnya. Baku mutu pengelolaan limbah B3 yang sudah ada saat ini adalah Baku mutu total kadar maximum limbah B3 dan Toxicity Charateristic Leaching Procedure (TCLP) yang ada di Kepdal No. 04/09/1995 tentang tatacara persyaratan penimbunan hasil pegolahan, persyaratan lokasi bekas pengolahan dan lokasi bekas penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun tidak dapat secara otomatis/langsung dijadikan acuan sebagai pengganti baku mutu untuk tanah terkontaminasi limbah B3. Baku mutu Total Kadar Maximum Limbah B3 dan TCLP yang ada dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No 04 /09/1995 ini tidak bisa mewakili nilai bebas terkontamisi limbah B3. Total kadar maximum limbah B3 adalah baku mutu untuk menentukan apakah suatu limbah B3 termasuk kategori landfill kelas I, II,atau III, sedangkan Uji TCLP adalah uji untuk mengukur kadar/konsentrasi parameter dalam lindi dari limbah B3 dan menunjukkan angka layak tidaknya limbah untuk dilandfil.

Dalam penanganan lahan terkontaminasi limbah B3 dari industri, Baku mutu dalam Kepdal No. 04/09/1995 ini hanya digunakan untuk menangani kasus kasus tertentu seperti pengangkatan (clean up) bunker limbah B3 dari bekas painting sludge dari kegiatan industri otomotif.



2.2 Titik Reference



Metode berdasar titik reference ini biasanya digunakan apabila belum memiliki standar atau Baku Mutu lahan terkontaminasi. Metoda pengambilan titik reference ini sangat sederhana yaitu membandingkan tanah sekitar yang belum tercemar untuk dijadikan acuan akhir (reference) penanganan lahan terkontaminasi. Kriteria unsur yang perlu dianalisa dari titik reference ini disesuaikan dengan kemungkinan jenis unsur atau senyawa kontaminan utamanya.



Hasil pengukuran karakteristik tanah yang dijadikan sebagai reference (acuan) atau pembanding dalam penanganan lahan terkontaminasi dapat menunjukan karaktristik tanah yang cukup bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Beberapa kasus penanganan lahan terkontaminasi yang menggunakan titik reference sebagai acuan akhir dalam pengananan lahan terkontaminasinya adalah pengangkatan tanah terkontaminasi residu limbah industri di Bekasi dan sludge oil di unit pengolahan minyak di Balikpapan.



Tabel dibawah ini adalah beberapa karakteristik tanah reference di beberapa contoh kasus penanganan yang dijadikan sebagai acuan akhir dalam penanganan lahan terkontaminasi limbah B3.



Total Kadar Maximum Tanah Reference di Bekasi
Kedalaman Tanah
0 cm

(mg/dry Kg)
30 cm

(mg/dry Kg)
60 cm

(mg/dry Kg)

As

Pb

Hg

Ni

Zn
3.6

29

0.15

8

125
3.2

22

0.27

13

79.2
3.9

26

2.16

6

28.4




TCLP Tanah Reference di unit pengolahan minyak di Balikpapan
Kedalaman Tanah
0 cm

(mg/L)
40 cm

(mg/L)
80 cm

(mg/L)

As

Ba

B

Cd

Cr

Cu

Pb

Hg

Ag

Zn
0.005

0.010

0.706

0.005

0.030

0.005

0.166

0.001

0.030

1.808
0.005

0.010

0.577

0.005

0.030

0.009

0.174

0.001

0.030

1.696
0.005

0.010

0.577

0.005

0.030

0.013

0.003

0.001

0.030

1.879




2.3 Studi Risk Base Screening Level (RBSL)



Studi RBSL ini biasanya digunakan untuk kasus tertentu apabila acuan yang ada seperti baku mutu ataupun titik reference tidak bisa dicapai sehingga dalam penanganan lahannya disepakati untuk mengacu kepada standar lain yang ada dinegara lain yang paling mendekati kondisi lokasi terjadinya lahan terkontaminasi. Studi RBSL yang di adopsi dan sudah dipakai KLH adalah studi RBSL yang dikeluarkan oleh USEPA Region IX.



Contoh kasus penanganan lahan terkontaminasi yang menggunakan studi RBSL adalah pengananan lahan terkontaminasi limbah bekas baterai di Bogor. Dalam kasus penanganan limbah bekas baterai ini, unsur limbah yang menjadi prioritas utama adalah unsur Cd dan Zn. Mengingat kedua unsur limbah tersebut yang menjadi prioritas utama maka USEPA Region IX dipilih sebagai region yang lebih sesuai dengan kondisi tanah di Indonesia.



Total Kadar Maximum Hasil Studi RBSL USEPA Region IX
Karakteristik
Konsentrasi

(mg/Kg)

Cd

Zn
37

23000

Electrostatic Precipitator


Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya debu yang kering dengan ukuran rentang 0,2 – 0,5 mikron. Secara teoritik seharusnya partikel yang terkumpulkan tidak memiliki batas minimum.

Pengumpul sentrifugal

Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh bentuk saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar (vortex) sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul pada dasar alat. Alat yang menggunakan prinsip ini digunakan untuk pemisahan partikel dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron lebih.

Pemisah inersia

Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel dalam aliran gas. Pemisah ini menggunakan susunan penyekat sehingga partikel akan bertumbukan dengan penyekat dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Alat yang bekerja berdasarkan prinsip inersia ini bekerja dengan baik untuk partikel yang berukuran hingga 5 mikron.
Pengendapan dengan gravitasi
Alat yang bekerja dengan prinsip ini memanfaatkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang dialami oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran yang lebih besar dari 40 mikron dan tidak digunakan sebagi pemisah debu tingkat akhir.

Di industri, terdapat juga beberapa alat yang dapat memisahkan debu dan gas secara bersamaan (simultan). Alat-alat tersebut memanfaatkan sifat-sifat fisik debu sekaligus sifat gas yang dapat terlarut dalam cairan. Beberapa metoda umum yang dapat digunakan untuk pemisahan secara simultan ialah:

Irrigated Cyclone Scrubber

Teknologi Pengolahan Limbah Gas


Teknologi Pengolahan Limbah Gas


Industri selalu dikaitkan sebagai sumber pencemar karena aktivitas industri merupakan kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia ke lingkungan. Teman-teman sering melihat asap tebal membubung keluar dari cerobong pabrik? Ya, asap tebal tersebut merupakan limbah gas yang dikeluarkan pabrik ke lingkungan. Bagaimanakah teknologi pengolahan limbah gas tersebut sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan bebas?

Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber alami (seperti gunung api) serta juga gas yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources). Senyawa pencemar udara itu sendiri digolongkan menjadi (a) senyawa pencemar primer, dan (b) senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber sedangkan senyawa pencemar sekunder ialah senyawa pencemar yang baru terbentuk akibat antar-aksi dua atau lebih senyawa primer selama berada di atmosfer. Dari sekian banyak senyawa pencemar yang ada, lima senyawa yang paling sering dikaitkan dengan pencemaran udara ialah: karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu).

Definisi dari pencemaran udara itu sendiri ialah peristiwa pemasukan dan/atau penambahan senyawa, bahan, atau energi ke dalam lingkungan udara akibar kegiatan alam dan manusia sehingga temperatur dan karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan yang paling baik. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa nilai lingkungan udara tersebut telah menurun.

Pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari 6 (enam) sumber utama, yaitu:
1. pengangkutan dan transportasi
2. kegiatan rumah tangga
3. pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar fosil
4. pembakaran sampah
5. pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan
6. pembakaran bahan bakar dan emisi proses

Suatu penelitian dari Ross [1972] menyatakan bahwa pengangkutan merupakan sumber yang memberikan iuran terbesar dalam emisi pencemar per tahun dan hal ini terus meningkat karena adanya penambahan kendaraan dalam lalu lintas di jalan raya pada lima tahun terakhir. Di Amerika Serikat, industri memberikan bagian yang relatif kecil pada pencemaran atmosferik jika dibandingkan dengan pengangkutan. Namun, karena kegiatan industri merupakan aktivitas yang mudah diamati dan merupakan golongan sumber pencemaran titik (point source of pollution), masyarakat pada umumnya lebih menganggap industri sebagai sumber utama polutan yang menyebabkan udara tercemar. Belum lagi dengan limbah padat dan limbah cair industri yang semakin memperparah image negatif industri di masyarakat.


Pengendalian Pencemaran

Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan karena hal tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup lingkungan sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah, dan yang paling penting ialah kerusakan lingkungan yang rendah. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam pengendalian pencemaran ialah karakteristik dari pencemar dan hal tersebut bergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke lingkungan, kondisi geografik sumber pencemar, dan kondisi meteorologis lingkungan.

Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar.

Alat-alat pemisah debu bertujuan untuk memisahkan debu dari alirah gas buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda. Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir pengolahan dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat pemisah debu dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya:


Pemisah Brown

Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan prinsip gerak partikel menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 – 0,05 mikron. Alat yang dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas denga jarak antar filamen yang lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel.

Penapisan

Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1 mikron. Susunan penapis ini dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik.

Penyisihan HÌS Pada Limbah Gas Dengan Menggunakan Biofilter

Salah satu limbah gas yang dihasilkan dari industri karet remah adalah gas HÌS. Limbah gas HÌS yang dihasilkan dapat mencapai konsentrasi 12 ppm, melebihi ambang batas yang diperbolehkan (10 ppb). Gas HÌS mcmiliki bau yang menyengat dan sangat beracun bila terhirup oleh saluran pernafasan. Pada percobaan ini dilakukan penyisihan gas HÌS menggunakan biofilter. Biofilter dipilih karena bersifat ekonomis, mudah dioperasikan, dan memiliki efisiensi penyisihan limbah gas yang cukup tinggi. Percobaan yang dilakukan meliputi percobaan batch dan percobaan kontinu menggunakan biofilter dengan tujuan untuk mcngetahui pertumbuhan mikroorganisme pada percobaan batch serta mengetahui efisiensi penyisihan gas HÌS, kinetika degradasi mikrobial, dan pemodelan unjuk kerja biofilter pada percobaan kontinu.

Kedua percobaan dilakukan pada temperatur dan tekanan ruang. Percobaan kontinu dilakukan dengan dua jenis media filter, yaitu media serabut sawit dan media campuran tempurung sawit dengan limbah padat karet. Variabel lain yang divariasikan adalah ketinggian media filter sebesar 5, 15, dan 25 cm serta konsentrasi umpan gas HÌS scbcsar 37.5, 50, dm 112.5 ppmv. Sedangkan pada percobaan batch. variabel yang divariasikan adalah jenis mikroba yang diambil dari kedua jenis biofiltcr serta konsentrasi sulfur dalam medium berupa Na-tiosulfat sebesar 0.25, 5, dan 10 g/L.

Dari percobaan batch diperoleh pertumhuhan mikroba paling cepat terjadi pada medium dengan konscntrasi Na-tiosulfat 5 g/L. Perolehan biomassa mikroorganisme dari media serabut sawit untuk konsentrasi Na-tiosulfat sebesar 0.25, 5, dan 10 g/L, masing-masing adalah 0.3692, 20.9644, dan 11.2611 mg sel/g Na-tiosulfat. Sedangkan perolehan biomassa mikroorganisme dari campuran media tempurung sawit dan limbah padat karet adalah 0.8193, 15.4799, dan 10.6157 g sel/g Na-tiosulfat. Dari percobaan kontinu diperoleh efisieni penyisihan gas HÌSmcncapai 99.5% dengan waktu aklimasi 48 jam. Parameter kinetik penyisihan gas HÌS yang diperoleh adalah Km sebesar 30.10 - 232.66 ppmv untuk media serabut sawit dan 14.90-181.8l ppmv untuk media campuran tempurung sawit dan limbah padat karet. Sedangkan Vmax yang diperoleh adalah 7.56-25.19 g HÌS/mà jam untuk media serabut sawit; dan 5.47-32.89 g HÌS/mà jam untuk media campuran tcmpurung sawit dan limbah padat karet dengan kapasitas eliminasimasing-masing scbesar 3.86-3.89 g HÌS/mà jam dan 3.87-4.13 g HÌS/mà jam. Dari percobaan juga diperoleh hasil bahwa kinetika penyisihan gas HÌS mcnggunakan biofilter mengikuti orde satu. Dari hail percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa biofiltrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyisihkan limbah gas HÌS di udara

PENGEBORAN


2.4 Pengeboran Eksplorasi.
1). Pengeboran stratigrafi.Bertujuan untuk menentukan stratigrafi lapisan. Coringdilakuakan terus menerus.
2). Pengeboran struktur.Pengeboran struktur in bertujuan untuk menentukan batas bataslapisan dengan pasti.
3). Pengeboran wildcatPengeboran ini bertujuan mencari minyak.
4). Pengeboran semi eksplorasi.Bertujuan untuk menyelidiki lapisan minyak.
5). Pengeboran untuk mengetahui cadangan minyak.Untuk mengetahui cadangan atau sisa cadangan hidrokarbon.
Aspek K3PL adalah semburan liar (blowout) dan hal ini akan dibicarakanpada Bab. Pengeboran.
3. PENGEBORAN (DRILLING).
Pegeboran adalah membuat lubang sumur dengan tujuan untuk eksplorasi, eksploitasi /produksi atau pengembangan.Metode pengeboran yang populer dengan menggunakan sistem bor putar (rotary drilling) , dimana rangkaian pipa bor (drilling string) mulai dari bawah terdiri : pahat (bit), pipa pemberat (drill collar), pipa bor (drill pipe), dan kelly.
3.1 Sistem Sirkulasi .
Lumpur bor yang salah satu fungsinya mengangkat serbuk bor (cutting) dari dasar sumur kepermukaanselalu dilakukan sirkulasi dengan menggunakan pompa lumpur.Kalau tidak serbuk bor akan menumpuk didasar lubang dan dapat menyebabkan rangkaian pipa bor terjepit.Fungsi lumpur bor.
1. Mengangkat serbuk bor dari dasar lubang ke permukaan.
2. Menahan/melawan tekanan formasi.
3. Mendinginkan/melumasi pahat.
4. Mengurangi berat string.
5. Menahan serbuk bor sewaktu menyambung pipa bor.
6. Membentuk mud cake.
7. Sebagai tenaga penggerak pada turbo atau dyna drill.Mud additives.Adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam lumpur bor , untuk mendapatkan sifat-sifat lumpur yang dikehendaki. Misalnya; mengatur SG, mengatur viscositas, mengurangi/mencegah hilang lumpur dsb.Dengan demikian lumpur pemboran mengandung bahan kimia.
3.2 Pipa Selubung (Casing) dan Penyemenan.
Setelah kedalam lubang bor mencapai kedalaman tertentu, maka lubang sumur dipasang pipa selubung (casing) dan disemen.Fungsi pipa selubung dan semen.
1. Memperkuat dinding lubang.
2. Mencegah kontaminasi terhadap air tawar.
3. Mengisolir lapisan produktif dengan lapisan lain.
4. Mencegah semburan liar dari lapisan lain melalui anulus.
5. Semen mencegah tekanan dari luar terhadap casing dan mencegah korosi.3.3 Sistem Peralatan Angkat (Hoisting System)Sistem peralatan angkat (hoisting system) adalah peralatan yang digunakan untuk mengangkat dan menurunkan rangkaian pipa bor .Sistem alat angkat terdiri ; menara, draw work dan mesin penggerak, wire rope, crown block, dan traveling block. ( Gbr. 3.3 ).
3.4 Logging dan Perforasi.
Logging adalah satu pekerjaan dengan menggunakan alat log untuk mengetahui jenis dan sifat batuan serta kedalamannya. Dengan demikian dapat menentukan letak kedalaman lapisan yang mengandung minyak dengan tepat.Perforasi adalah pekerjaan pelubangan casing agar minyak dan gas dapat mengalir dari formasi batuan ke lubang sumur.
Aspek K3PL
1. Gunakan PPE.
2. Semburan liar (blowout)
a. Tanda-tanda kick.
b. Pencegahan semburan liar.
c. Teknik pencegahan.
d. Peralatan semburan liar (blowout preventer).
3. Bahan peledak perforator
4. Dampak lingkungan bila terjadi blow out.
a. Korban jiwa/cacat
b. Kerusakan peralatan.
c. Rugi waktud.
d.Terbakarnya hidrokarbon.
e. Rusaknya lingkungan akibat kebakaran.
f. Kemungkinan adanya gas beracung. Dsb.
5. Prosedur kerja yang salah.
6. Pengelolaan lumpur bor , limbah lumpur dan serbuk bor ( Per. Men. ESDM No.045 Th.2006)
4. TEKNIK PRODUKSI.
Cara untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke permukaanada beberapa metode sebagai berikut:
1. Sembur Alam (Natural flow).
2. Pengangkatan buatan (Artificial Lift)
4.1 Sembur Alam (Natural Flow).
Sumur dengan metode sembur alam ini minyak menyembur dengan sendirinya disebabkan tekanan reservoir masih cukup tinggi .Sedangkan tekanan sebagai tenaga dorong pada reservoir berasal dari : air, gas, tekanan batuan,maupun gas yang larut dalam minyak.
4.2 Pengangkatan Buatan.
Sumur dengan metode pengangkatan buatan ini (artificial lift method) minyak dapat mengalir ke permukaan karena ada tenaga tambahan dari luar untuk mengangkatnya.Sumur dengan metode pengangkatan buatan contohnya;
a. Sumur sembur buatan (Gas lift)
b. Pompa angguk (Sucker rod pump).
c. Pompa sentrifugal (Electrical submersible pump).
4.2.1 Sumur Sembur Buatan (Gas Lift).
Sumur dengan metode sembur buatan (gas lift) ini , untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke permukaan dengan bantuan gas injeksi. Gas diinjeksikan dari permukaan melalui anulus , kemudian masuk ke tubing melalui katup yang dipasang pada tubing. Gas kemudian bercampur dengan minyak sehingga SG nya menjadi kecil (ringan) dan minyak dapat menyembur ke permukaan.
4.2.2 Pompa Angguk (Sucker rod pump).
Sumur dengan pompa angguk ini untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke permukaan dengan memasang pompa plunger yang dipasang di dalam sumur. Plunger dihubungkan dengan batang isap (sucker rod) ke permukaan yang digerakkan oleh pumping unit yang menggunakan tenaga penggerak dari motor .Peralatan dibawah permukaan (subsurface equipment) terdiri;Ø PompaØ Sucker rod stringØ Pipa TubingPeralatan diatas permukaan atau Pumping unit terdiri ;Ø Motor penggerak (prime mover)Ø Gear reducer , untuk menurunkan putaran tinggi ke putaran rendah sesuai spm (stroke per menit) pompa.Ø Beam pumping , sebagai pengubah gerakan putar menjadi gerak naik turun.Ø Well head
4.2.3 Pompa Sentrifugal (Electrical Submersible Pump)
Untuk mengangkat minyak dari dasar sumur ke permukaan menggunakan pompa sentrifugal yang digerakkan oleh motor listrik dalam sumur.Peralatan dibawah permukaan terdiri ;Ø Motor listrikØ Kabel listrikØ ProtectorØ IntakeØ Pompa sentrifugalØ Pipa TubingPeralatan dipermukaan terdiri;Ø Well headØ Kabel listrikØ Junction boxØ Switch boardØ Transformator
Aspek K3PL:1. Kebocoran minyak atu gas yang menyebabkan polusi atau kebakaran , tau keracunan gas.2. Proteksi terhadap; tekanan tinggi, listrik tegangan tinggi, dan mesin yang bergerak.
5.PENGOLAHAN MINYAK DAN GAS DILAPANGAN
5.1 Fluida Sumur.
Fluida yang keluar dari sumur minyak pada umumnya terdiri ;
1. Minyak (crude oil)
2. Air
3. Gas
4. PadatanTujuan pengolahan , untuk memisahkan komponen-komponen untuk mendapatkan;· Minyak kering· Gas kering· Air bebas polusi.
5.2 Separator Minyak Dan GasSeparator minyak dan gas
Adalah salah satu dari komponen proses yang fungsinya untuk memisahkan minyak dengan gas (separator dua fasa), atau memisahkan gas, minyak, dan air (separator tiga fasa).
5.3 Heater Treater
Adalah suatu komponen proses yang fungsinya untuk memisahkan minyak dengan air yang berupa emulsi dengan cara pemanasan.
5.4 Kompresor.
Kompresor adalah suatu komponen proses yang berfungsi untuk menaikkan tekanan gas
5.5 Gas ScubberGas scrubber
Adalah suatu komponen proses yang fungsinya untuk memisahkan cairan yang mesih terikut gas
5.6 Gas DehydratorGas dehydrator
Adalah suatu komponen proses yang berfungsi untuk menyerap air yang terdapat pada gas.
Aspek K3PL;
1. Setiap saat dapat terjadi musibah (kebakaran , kecelakaan dsb), akibat tekanan, temperatur, bahan mudah terbakar, bahan/gas beracun dan lain-lain.
2. PPE
3. Safety devices (Level control, pressure control, temperature control, flow control, PSV, PSE, gas detector dsb.)
4. Flare, vent.
5. Pembuangan air limbah.

SISTEM PENGEBORAN



1.INTRODUKSIMinyak dan gas bumi (Migas)
atau disebut juga hidrokarbon dapat berupa :v Cairan misalnya, crude oil, solar, bensin dsb.v Gas misalnya , gas alamv Padatan misalnya asphal

1.1. Keunggulan Migas
1. Mempunyai nilai kalor tinggi
2. Dapat menghasilkan berbagai macam bahan bakar , misalnya:bensin,solar,kerosin, aftur, afgas, bbg, dsb.
3. Dapat menghasilkan berbagai macam minyak pelumas.
4. Sebagai bahan baku industri petrokimia.
5. Yang bersifat padat (aspal) dapat untuk pengerasan jalan.
1.2. Kegiatan Operasi Hulu.v Eksplorasiv Pengeboranv Eksploitasi / Produksi.
2. EKSPLORASI MIGASEksplorasi migas
Adalah kegiatan untuk mendapatkan perangkap migas atau cadangan baru minyak dan gas bumi.Pekerjaan eksplorasi melalui beberapa tahap;
1. Pendahuluan.
2. Pemetaan geologi (surface mapping).
3. Pemetaan bawah permukaan (sub surface mapping).4. Pengeboran.
2.1 Tahap Pendahuluan.
a. Pemotretan dari udaraDari hasil pemotretan dapat diperoleh data,~ interpretasi geologi~ bentuk batuan permukaan~ macam batuan.
b. TopografiUntuk mendapatkan penjelasan keadaan permukaan tanah.(Peta topografi)
Aspek K3PL :
1). Personal preventive equipment (PPE)
2). Perintisan jalan.
3). Penebangan semak
4). Gangguan binatang buas, nyamuk, lintah
5). Keadaan alam.
2.2 Pemetaan geologi (surface mapping)
Adalah memetakan bagian-bagian yang tersingkap di permukaan bumi, dan menentukan keadaan struktur dari lapisan. Petugas harus menyusuri tebing, sungai , hutan, rawa dan sebagainya.
Aspek K3PL
1). Personal Preventive Equipment (PPE).
2). Binatang buas.
3). Gigitan binatang kecil.
4). Keadaan alam.
2.3 Pemetaan Bawah Permukaan (Subsurface Mapping).
Pemetaan bawah permukaan , adalah membuat peta geologi dengan metode geofisik ( misalnya ;gravimetris, dan seismik).
1). Gravimetris.Penyelidikan dengan metode gravimetris ini berdasarkan variasi dari gaya gravitasi batuan , yaitu makin kedalam (dekat pusat bumi) massa suatu batuan akan bertambah besar.Dengan mengetahui variasi gravitasi diatas permukaan maka dapat diperkirakan struktur batuan dibawah permukaan bumi.
2). Seismik.Pemetaan ini berdasarkan gelombang getaran, yakni pengukuran getaran gempa bumi buatan yang bersumber dari bahan peledak atau detonator.Getaran ditangkap oleh geophone dan direkam oleh alat perekam (recorder).
Aspek K3PL :v Handling detonator (handak)v Efek getaranv PPE

migasnet08_uluem8074.blogspot.com: Energi Geothermal

migasnet08_uluem8074.blogspot.com: Energi Geothermal

Energi Geothermal



Anda sering mendengar geothermal? Istilah geotermal berasal dari bahasa Yunani, geo yang berarti bumi dan therme berarti panas. Energi geotermal merupakan energi yang dibangkitkan dari panas yang tersimpan di bawah permukaan bumi. Sumber energi ini merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat menyelesaikan ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil.

Energi di dalam Bumi

Bumi terbagi menjadi beberapa lapisan yaitu: perut bumi, mantel bumi, dan kulit bumi sebagai lapisan terluar. Setiap 100 meter kita turun ke dalam perut bumi, temperatur bebatuan cair yang ada di dalam bumi lebih tinggi sekitar 3°C dari bebatuan di atasnya. Semakin jauh ke dalam perut bumi, temperatur batu-batuan maupun lumpur akan semakin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 27°C maka pada kedalaman 100 meter suhu bebatuan mencapai sekitar 30°C. Untuk kedalaman 1 kilometer suhu batu-batuan dan lumpur mencapai 57-60°C, dan bila kita ukur pada kedalaman 2 kilometer, suhu batuan dan lumpur bisa mencapai 120°C atau lebih.
Read More..

Sistem Pencegahan Semburan Liar ( Blowout Preventer System )


1. PENDAHULUAN

Fungsi utama dari sistem pencegahan semburan liar (BOP System) adalah untuk menutup lubang bor ketika terjadi “kick”. Blowout terjadi karena masuknya aliran fluida formasi yang tak terkendalikan ke permukaan. Blowout biasanya diawali dengan adanya “kick” yang merupakan suatu intrusi fluida formasi bertekanan tinggi kedalam lubang bor. Intrusi ini dapat berkembang menjadi blowout bila tidak segera diatasi.

Rangkaian peralatan sistem pencegahan semburan liar (BOP System) terdiri dari dua sub komponen utama yaitu Rangkaian BOP Stack, Accumulator dan Sistem Penunjang.

1. Rangkaian BOP Stack.

Rangkaian BOP Stack ditempatkan pada kepala casing atau kepala sumur langsung dibawah rotary table pada lantai bor.

Rangkaian BOP Stack terdiri dari peralatan sebagai berikut :

• Annular Preventer.

Ditempat paling atas dari susunan BOP Stack. Annular preventer berisi rubber packing element yang dapat menutup lubang annulus baik lubang dalam keadaan kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.

• Ram Preventer.

Ram preventer hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa tertentu, atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang.

Jenis ram preventer yang biasanya digunakan antara lain adalah :

1. Pipe ram

Pipe ram digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa borberada pada lubang bor.

2. Blind or Blank Rams

Peralatan tersebut digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa bor tidak berada pada lubang bor.

3. Shear Rams

Shear rams digunakan untuk memotong drill pipe dan seal sehingga lubang bor kosong ( open hole ), digunakan terutama pada offshore floating rigs.

• Drilling Spools.

Drilling spolls adalah terletak diantara preventer. Drilling spools berfungsi sebagai tempat pemasangan choke line ( yang mengsirkulasikan “kick” keluar dari lubang bor ) dan kill line ( yang memompakan lumpur berat ). Ram preventer pada sisa-sisanya mempunyai “cutlets” yang digunakan untuk maksud yang sama.

• Casing Head ( Well Head ).

Merupakan alat tambahan pada bagian atas casing yang berfungsi sebagai fondasi BOP Stack.

Sistem Pencegahan Semburan Liar ( Blowout Preventer System )


1. PENDAHULUAN

Fungsi utama dari sistem pencegahan semburan liar (BOP System) adalah untuk menutup lubang bor ketika terjadi “kick”. Blowout terjadi karena masuknya aliran fluida formasi yang tak terkendalikan ke permukaan. Blowout biasanya diawali dengan adanya “kick” yang merupakan suatu intrusi fluida formasi bertekanan tinggi kedalam lubang bor. Intrusi ini dapat berkembang menjadi blowout bila tidak segera diatasi.

Rangkaian peralatan sistem pencegahan semburan liar (BOP System) terdiri dari dua sub komponen utama yaitu Rangkaian BOP Stack, Accumulator dan Sistem Penunjang.

1. Rangkaian BOP Stack.

Rangkaian BOP Stack ditempatkan pada kepala casing atau kepala sumur langsung dibawah rotary table pada lantai bor.

Rangkaian BOP Stack terdiri dari peralatan sebagai berikut :

• Annular Preventer.

Ditempat paling atas dari susunan BOP Stack. Annular preventer berisi rubber packing element yang dapat menutup lubang annulus baik lubang dalam keadaan kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.

• Ram Preventer.

Ram preventer hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa tertentu, atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang.

Jenis ram preventer yang biasanya digunakan antara lain adalah :

1. Pipe ram

Pipe ram digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa borberada pada lubang bor.

2. Blind or Blank Rams

Peralatan tersebut digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa bor tidak berada pada lubang bor.

3. Shear Rams

Shear rams digunakan untuk memotong drill pipe dan seal sehingga lubang bor kosong ( open hole ), digunakan terutama pada offshore floating rigs.

• Drilling Spools.

Drilling spolls adalah terletak diantara preventer. Drilling spools berfungsi sebagai tempat pemasangan choke line ( yang mengsirkulasikan “kick” keluar dari lubang bor ) dan kill line ( yang memompakan lumpur berat ). Ram preventer pada sisa-sisanya mempunyai “cutlets” yang digunakan untuk maksud yang sama.

• Casing Head ( Well Head ).

Merupakan alat tambahan pada bagian atas casing yang berfungsi sebagai fondasi BOP Stack.

Eksplorasi Minyak Bumi


Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas pencarian hidrokarbon tersebut.

Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi bukan berupa wadah yang menyerupai danau, namum berada di dalam pori-pori batuan bercampur bersama air

Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrim akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.

Geologi Minyak Bumi


Adalah suatu cara untuk mencari dan menemukan akumulasi hidrokarbon dalam jumlah yang ekonomis dengan cara eksplorasi.

Adapun tahapannya sebagai berikut:

1• Eksplorasi Hidrokarbon:

• Geologi

• Geofisika

• Geokimia

• Pemboran

Definisi Eksplorasi adalah pencarian lokasi dimana diduga terdapat kandungan hidrokarbon.

Dalam eksplorasi jika lapangan minyak sudah diketahui maka urut-urutannya:

• Harus diketahui size dan capacity dari reservoir

• Harus diketahui geometri dan trap (pemboran delinasi)

• Harus diketahui kualitas hidrokarbon: oil dan gas (ºAPI)

• Harus diketahui mekanisme pendorong reservoir (drive reservoir)

• Harus diketahui jenis trap (stratigrafi, struktur atau kombinasi)

2. Produksi Hidrokarbon

• Menentukan rate produksi

• Menentukan prosentase recovery maksimum

• Recovery selanjutnya

3. Pengilangan

4. Pemasaran

Tujuan utama ‘Petroleum Geologist’:

1. Menentukan lokasi hidrokarbon (Basin)

2. Pengukuran geometri reservoir

3. Kualitas

Dari ketiga komponen diatas dapat ditentukan:

• Batuan Induk (Source Rock)

• Kualitas Reservoir

• Perangkap (Trap)

• Batuan Penutup (Seal/Cap Rock)

Metode Seismik Untuk Pendeteksian Reservoir Minyak dan Gas Bumi dengan Metode AVO (Amplitude Versus Off-Set)


1. Pendahuluan

Selain mampu memetakan dimensi suatu perangkap minyak dan gas bumi, metode seismik mampu memetakan variasi sifat fisik batuan dengan pendekatan kecepatan penjalarannya. Dengan berkembangnya teknologi akuisisi dan pengolahan data, memungkinkan sinyal refleksi dan transmisi dapat direkam dan diproses secara akurat, sehingga informasi yang dibawanya sangat membantu dalam penafsiran sifat fisik batuan bawah permukaan. Dalam tulisan ini akan dikaji beberapa masalah yang berkaitan dengan pendeteksian reservoir minyak dan gas bumi dengan mengkaji perilaku sinyal refleksi dari reservoir batuan karbonat dan batuan pasir. Metode yang digunakan adalah metode AVO (Amplitude Versus Off-Set), yang dikembangkan oleh Aki Richard1), Hilterman2), dan Shuey3) dan lain-lain.

Pada tulisan ini pengkajian terutama dilakukan pada batuan karbonat, oleh karena kebanyakan penelitian dilakukan pada reservoir batuan pasir, seperti dilakukan oleh Ostrander 4), Fatti dkk.5), Rutherford dan William 6) dan lainnya. Untuk memahami sifat fisik reservoir, akan diuji metode Damp Approximation Inverse (DAI), sebelum diterapkan pada data riil.

2. Metode AVO Untuk Pendeteksian Reservoir Minyak dan Gas Bumi dengan Metode AVO

Prinsip dasar metode AVO (Amplitude Versus Off-Set) adalah adanya perubahan koefisien refleksi terhadap sudut datang atau jarak (off-set) antara sumber gangguan dan penerima. Pengamatan data dilapangan menunjukkan bahwa amplitudo sinyal terpantul tidak selalu berkurang terhadap jarak pengukuran, karena koefisien refleksi selain dipengaruhi kontras sifat dan jenis batuan, juga sangat dipengaruhi jenis, kandungan fluida dalam batuan. Sesuai dengan uji data dan pemodelan dalam studi ini pendekatan Shuey3) akan digunakan, dimana koefisien refleksi

1. Metoda Gaya Berat (Gravitasi)


Metoda ini untuk mengukur adanya perbedaan kecil medan gaya berat batuan. Perbedaan ini disebabkan karena adanya distribusi massa yang tidak merata di kerak bumi sehingga menimbulkan tidak meratanya distribusi massa jenis batuan.

Batuan dan Mineral


Batuan dan Mineral

Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri dari batuan. Sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia.

Batuan diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur partikelnya dan dengan proses terbentuknya. Maka batuan diklasifikasikan menjadi Igneous, Sedimentary dan Metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses pembentukannya saling melengkapi dan berupa siklus. Lihat gambar siklus pembentukan batuan.

1. Igneous Rock (Batuan Beku), terbentuk oleh pembekuan magma dan dibagi menjadi batuan plutonic dan batuan volcanic. Plutonik atau intrusive terbentuk ketika magma mendingin dan terkristalisasi perlahan didalam crust (contohnya granite). Sedangkan volcanic atau extrusive membeku dan terbentuk pada saat magma keluar kepermukaan sebagai lava atau fragment bekuan (contohnya batu apung dan basalt).

2. Sedimentary Rock (Batuan Sedimen), terbentuk karena endapan dari hasil erosi material-material batuan, organic, kimia dan terkompaksi serta tersementasi. Batuan ini terbentuk di permukaan bumi yang terdiri dari; 65% Mudrock (mudstone, shale dan siltstone); 20%-25% Sandstone dan 10%-15% Carbonate Rock (limestone dan dolostone).

3. Metamorphic Rock (Batuan Metamorf), terbentuk hasil ubahan/alterasi dari mineral dan batuan lain karena pengaruh tekanan dan temperatur. Tekanan dan temperatur yang mempengaruhi pembentukan batuan ini sangat tinggi dari pada pembentukan batuan beku dan sedimen sehingga mengubah mineral asal menjadi mineral lain.

Tahap Eksplorasi Minyak Bumi


Tahap-Tahap Operasi Dalam Industri Minyak dan Gas Bumi

1. Tahap Eksplorasi

1.1. Lingkungan Terdapatnya Minyak dan Gas Bumi

Hampir sbagian besar minyak dan gas bumi ditemukan pada lapisan batuan pasir dan karbonat. Sangat terbatas terbentuk batuan shale, batuan volkanik ataupun rekahan batuan dasar (basalt).

Studi pendahuluan meliputi geologi regional, yang menyangkut studi komparatif atau perbandingan dengan daerah geologi lainnya yang telah terbukti produktif. studi ini mempertimbangkan formasi yang bisa dijadikan sasaran eksplorasi, struktur yang dapat bertindak sebagai perangkap dan seterusnya.

Pada umumnya lebih tebal lapisan sedimen didapatkan, kemungkinan ditemukannya minyak bumi akan lebih besar. Hal ini disebabkan karena pada umumnya lebih tebal lapisan sedimen itu, tentu lebih banyak lagi formasi yang dapat bertindak sebagai reservoir maupun sebagai batuan induk. Lebih luasnya batuan sedimen tersebar, akan lebih memungkinkan atau lebih leluasa kita mencapai perangkap minyak dan gas bumi.

Oil and Gas Traps (Perangkap Minyak dan Gas)


Dalam Sistem Perminyakan, memiliki konsep dasar berupa distribusi hidrokarbon didalam kerak bumi dari batuan sumber (source rock) ke batuan reservoar. Salah satu elemen dari Sistem Perminyakan ini adalah adanya batuan reservoar, dalam batuan reservoar ini, terdapat beberapa faktor penting diantaranya adalah adanya perangkap minyak bumi.

Perangkap minyak bumi sendiri merupakan tempat terkumpulnya minyak bumi yang berupa perangkap dan mempunyai bentuk konkav ke bawah sehingga m

inyak dan gas bumi dapat terjebak di dalamnya.Perangkap minyak bumi ini sendiri terbagi menjadi Perangkap Stratigrafi, Perangkap Struktural, Perangkap Kombinasi Stratigrafi-Struktur dan perangkap hidrodinamik. 1. Perangkap Stratigrafi

Metode Geofisika (2)



Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.

Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll).

Penelitian geofisika umum bermanfaat untuk mendapatkan gambaran geologi, bisa dalam arti yang luas ataupun dalam arti yang khusus.Data yang dihasilkan



Dalam arti yang luas berarti masih bersifat umum dan biasanya untuk daerah yang luas, misalnya untuk membedakan batuan sedimen berikut struktur regionalnya. Data demikian bisa didapat dengan metoda seismik atau gaya berat umum. Data khusus misalnya untuk mengetahui penyebaran lapisan batubara tertentu, bisa dibantu untuk mendapatkan indikasinya mempergunakan gaya magnet di tanah, tahanan listrik, seismik pantul.

Penelitian geofisika umum bermanfaat untuk mendapatkan gambaran geologi, bisa dalam arti yang luas ataupun dalam arti yang khusus.Data yang dihasilkan



Dalam arti yang luas berarti masih bersifat umum dan biasanya untuk daerah yang luas, misalnya untuk membedakan batuan sedimen berikut struktur regionalnya. Data demikian bisa didapat dengan metoda seismik atau gaya berat umum. Data khusus misalnya untuk mengetahui penyebaran lapisan batubara tertentu, bisa dibantu untuk mendapatkan indikasinya mempergunakan gaya magnet di tanah, tahanan listrik, seismik pantul.

Metode Geofisika (1)



Geofisika berasal dari kata geo, yang artinya bumi, dan fisika. Dari akar keilmuannya sendiri, geo berasal dari kata geologi. Jadi, geofisika ialah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau dapat pula diartikan mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika. Karena perkembangannya yang sangat cepat, batas yang jelas antara geologi, fisika, dan geofisika menjadi semakin kabur. Sebagian orang menganggap geofisika sebagai bagian dari geologi, sementara yang lain menganggapnya sebagai bagian dari ilmu fisika.

Secara klasik urutan penyelidikan geofisika untuk eksplorasi di suatu daerah adalah magnetik, gaya berat, seismik bias dan pantul. Dalam pelaksanaannya urutan penyelidikan demikian sering tidak diikuti, hal itu terdorong oleh beberapa hal diantaranya keterbatasan biaya dan adanya keinginan untuk memperoleh data secepat-cepatnya.

Jumat, 08 Januari 2010

Tipe Pemboran Horizontal



Berdasarkan besarnya pertambahan sudut pada lubang yang mengalami pertambahan sudut (rate radius of curvature), maka pemboran horisontal dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Long radius system
2. Medium radius system
3. Short radius system
4. Ultra short radius system

1. Long Radius System
Metode ini sering disebut dengan sistem pemboran horisontal konvensional. Pemboran long radius ini mempunyai laju pertambahan sudut yang kecil sekali, yaitu 2 – 6 / 100 ft.MD. Sudah tentu untuk mencapai titik awal bagian lubang yang horisontal dari KOP, diperlukan jarak yang sangat panjang yaitu antara 1500 – 4500 ft. Jarak pemboran atau ekivalen dengan radius kelengkungan 1000 – 3000 ft. Peralatan yang digunakan pada pemboran type ini paling sederhana diantara keempat type pemboran horisontal yang ada, karena peralatan pada pemboran ini merupakan peralatan pemboran konvensional yang susunannya telah dimodifikasi. Karena kesederhanaannya dan juga relatif mudah aplikasinya, pemboran horisontal tipe ini banyak sekali dilakukan, walaupun untuk mencapai titik sasaran yang sama diperlukan jarak pemboran yang jauh lebih panjang dibanding dengan ketiga tipe pemboran horisontal lainnya.

Kelebihan dari penggunaan system long radius adalah :
 Dapat menghasilkan bagian lubang mendatar yang sangat panjang (>5000 ft).
 Peralatan pemboran yang digunakan adalah peralatan yang konvensional (hampir sama dengan directional drilling).
 Tingkat dog leg yang tidak terlalu tinggi.

Sedangkan kelemahan dari penggunaan sistem long radius adalah :
 Trayek yang harus dikontrol sangat panjang.
 Formasi-formasi di atas target harus ditembus pada jarak yang lebih panjang.

Arah Azimuth Dan Bearing

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa dari koordinat surface location ke target location, sudah dapat ditentukan pada kuadran berapa kita bekerja. Untuk menentukan besar arah pemboran dapat digunakan persamaan 1.
Arah (α) = Tan-1 ((E/W Coord) / (N/S Coord))…………………………..…..(1)
Untuk pembacaan arah dapat dinyatakan dalam azimuth atau arah di bearing (kuadrant). Dari kedua arah pembacaan yang harus diingat bahwa kompas akan menunjukkan arah terbagi dalam empat kuadrant masing-masing 900. azimuth diukur searah dengan jarum jam yaitu 00 sampai 3600 seperti yang ditunjukkan pada gambar

Perencanaan Desain Lintasan Pemboran Berarah Bertipe Slant Type

Didalam merencanakan suatu pemboran berarah dikenal dua metode yaitu :

1. Metode Tangential

Dari Gambar 1 di bawah setelah kick off point ditentukan, Build up Section dibuat dengan mengubah sudut kemiringan sampai dicapai sudut maksimum yang diinginkan. Tangent section dibuat dengan mempertahankan sudut maksimum sampai kedalaman tertentu. Sedangkan drop section dibuat dengan mengembalikan sudut maksimum ke 00 dan kembali seperti vertikal. Perencanaan dengan metode ini, dianggap bahwa interval-interval lubang berupa garis patah-patah (lurus untuk masing-masing interval) baik untuk build up section maupun drop section. Dengan kata lain, dianggap bahwa setiap interval yang diambil mempunyai sudut kemiringan yang sama pada awal maupun pada akhir interval. Biasanya interval yang digunakan adalah tiap per 100 ft MD.

Proses Perencanaan Build-Hold Trajectory

Berikut ini adalah tahapan dalam merencanakan build-hold trajectory suatu sumur migas dengan metoda radius of curvature.

1. Tahap I (Perencanaan Horizontal)

Untuk melakukan perencanaan horizontal maka harus diketahui data berupa koordinat titik lokasi dan titik target. Kemudian koordinat tersebut diubah menjadi bentuk easting dan northing sehingga menjadi ukuran panjang, feet (ft).

East = (axis target – axis permukaan) : 0.3048 = X ft (1)

North = (ordinat target – ordinat permukaan) : 0.3048 = X ft (2)

Bila nilai north berupa nilai negatif yang menandakan bahwa koordinat tersebut berada pada south.

uLuEmz

Dreamer
Grab a Funny Picture from pYzam.com

Petroleum Engineering

Foto saya
Cirebon, West java, Indonesia
Huuuuyyy. . . . . W Kuliah di Akamigas Balongan Fakultas Teknik Perminyakan